Gugur di Jalan yang Sama
oleh: Syafrida Hanum
Dia yang asing dengan kata tarbiyah
Bingung apa itu dakwah
Melihat jilbab lebar ia terperangah
Berdesir di dada
Sempurna, bersih tiada noda
Ah... tak sanggup pasti
Dia memandang lekat
Mereka yang berwajah teduh penuh khidmat
Lagi...
Wajahnya tenggelam dalam resapan kehinaan
Suaranya menghilang bersama ingatan kekhilafan
Rupanya DIA yang kuasa
Menghalau sesal demi sesal
Memutar hati
Di sana dia temui peluh tak berbayar
Panasnya karpet jalanan jadi makanan
Jam nya tidur harus dikorbankan
Di sana dia dapati
Garuda gagah masih terjajah
Anak bangsanya lebih bangga dengan budaya tetangga
Lebih hafal terajana daripada Indonesia Raya
Di sana dia percaya...
Indonesia itu miskin
Segalanya serba impor
Indonesia pengecut
Mata hakimnya hijau-hijau
Koruptor dipenjaranya sebentar-sebentar
Padahal rugi negara bermilyar-milyar
Di sana dia yakini...
Islam terancam
Rohis dituduh bakal teroris
Turun ke jalan dijuluki aksi anarkis
Seribu kali teriakan Islam teroris
Tapi zionis tak juga digubris
Di sana dia juga baru tau...
Remaja zaman milenial nakal-nakal
Jilbab tempatnya di sekolah bukan di kepala
Pacaran jadi gaya hidup
Biar orang bilang hidupnya gaya
Tutup mata soal agama
Tapi melek ditanya korea drama
Dia pandangi pundaknya tak cukup gagah
Dia resapi langkahnya tak cukup kuat
Dia telaah genggamannya rapuh
Berkali-kali hampir jatuh
Tertatih terseok-seok
Sering kali menahan pilu
Bertanya-tanya kapan ini akan berhenti
Lelah mendera
Hingga peluh membasahi tak terkira
Sebuah suara menghampiri
Bukan pundak sendiri
Tidak dengan langkah yang menyendiri
Bukan juga dengan genggaman sendiri menyepi
Tapi bersama
Menyelam dalam bersama
Mengarungi gelombang samudera bersama
Hingga gugur di jalan yang sama
Komentar
Posting Komentar